mari amalkan

mari amalkan
selawat syifa
Cili-merah..cili-merah...cili-merah.

Wednesday, November 12, 2008

Dari Tukar Tiub

Selasa, 2008 November 11

SEBELAS SABELAS
Hari ini sebelas sabelas. Mulanya saya tidak faham apa itu sebelas sabelas. Di tahun pertama di Eropah ketika belajar di Belgium, kampus saya ditutup. Bulan sabelas musim daun gugur ertinya saya bepelung bangun lewat kerana sejuk dan seronok bergebar di atas katil.Ketika di London saya juga sering melihat pembaca warta berita di kaca tv memakai bunga popi yang sama.Lalu saya teringat dengan sajak arwah Tongkat :bunga popibunga darahbunga nanahDulu ketika di sekolah rendah saya teringat entah di bulan yang mana saya juga selalu meletakkan 5 sen ke dalam tabung bunga popi – ini sebelum saya membaca sajak Tongkat. Saya juga ada melihat arwah ibu saya memakai bunga popi ketika pulang dari sekolah.Saya masih ingat entah tahun ke berapa saya di Eropah, di satu pagi saya menaiki bus dari kampung saya ke kota Brussels. Entah apa yang saya cari. Lalu bas ini melintasi kota-kota kecil sebelum sampai ke Brussels. Lalu saya tenampak Pak Cik Pak Cik tua enam tujuh orang berbaris membawa bendera. Saya tidak tahu maknanya. Mereka memakai baju kekuningan tua. Di dada baju ada banyak lencana tergantung.Di kota London saya ternampak kalongan - bunga popi di letakkan di makam –Parajurit Tanpa Nama –Akhirnya saya mendewasa dengan Eropah dan saya faham apa dia Sebelas Sabelas – Eleven November – Armistice Day.Pada 11.11.1918 jam 11.00 pagi telah ditanda tangani Perjanjian Damai antara Tentera Bersekutu dengan German untuk menamatkan Perang Dunia Pertama.Dari tahun 1914 hingga ke tahun 1918 Eropah berperang. Yang dimusuhi ialah German. Hampir 40 juta warga Eropah menerima bencana. Lebih dari 20 juta tentera dan orang biasa tewas.Nah inilah dia sejarah Sebelas Sabelas. Pak Cik Pak Cik yang saya ternampak di kota kecil itu adalah anak-anak muda yang terselamat. Mereka memahat ingatan yang tidak akan saya lupakan. Bas saya yang berhenti untuk memberikan laluan pada mereka di pagi itu. Inilah tanda hormat kita kepada orang yang terdahulu dari kita. Hingga ke hari ini saya menganggap diri saya bernasib baik kerana di hari itu, di pagi November itu saya berada didalam bas melintasi kota kecail di kampong itu.Bertahun kemudia tanpa di rancang saya melintasi Ypres, satu kota kecil di wilayah Flanders, Belgium. Nah, dari apa yang saya baca , di pandang perkampungan kota kecil inilah tumbuh meliar bunga-bunga popi sesudah perang tamat. Lalu popi dijadikan simbol untuk mengingati mangsa perang.Bila saya pulang ke Malaysia saya tidak melihat lagi Hari Bunga Popi – saya tidak tahu apa sejarah pemansuhannya.Mungkin kerana kita terlalu sibuk dengan Proton atau terlalu sibuk hendak menjadi wakil rakyat , lalu kita terlupa sejarah.Saya ingin mengingati Sebelas Sabelas hari ini untuk anak-anak muda. Agar mereka tahu satu ketika dahulu kita juga adalah internationalis, kita juga memiliki setia kawan untuk anak semua bangsa. Bacalah sajak Tongkat yang ditulis sesudah Perang Dunia ke Dua. Inil adalah semangat internationalis yang melintasi semua benua. Inilah kemelayuan yang jujur sifat terbaik dari bumi melayu untuk sebagai anak semua bangsa. Juga satu bait dari Robert Laurence Binyon dari England. Lihatlah dari dua benua yang tidak pernah bertemu tetapi bersuara tentang anak semua bangsa.Ikraq bismira bi kal lazi!!!BUNGA POPI - Usman Awang (12 Julai 1929 - 29 November 2001)Dari darah, dari nanah yang punah di tanah,rangka manusia kehilangan nyawa disambar senjata,hasil manusia gila perang membunuh mesra,bunga merah berkembang indah minta disembah.Yang hidup tinggal sisa nyawa, penuh derita,kering, bongkok, cacat, tempang dan buta,perang dalam kenangan penuh kengerian,sekarang dalam kepahitan,dalam kesepian.Yang lain kehilangan anak, suami dan kekasih,hilang pergantungan, hilang pencarian,hidup kebuluran,ribuan janda, ribuan kcewa, ribuan sengsara,jutaan anak-anak yatim hidup meminta-minta.Manusia gila perang telah membunuh segala mesra!perang berlangsung mencari untung tanah jajahan!perang berlangsung membunuh anak dalam buaian!perang berlangsung menghantar lebur nilai kebudayaan!Bunga popi bunga mayat perajurit bergelimpangan,bunga darah merah menyimbah,penuh kengerian.Kami benci pada perang penuh pembunuhan!kami rindu pada damai sepanjang zaman!Usman Awang1955In English Translation :Poppies From blood, from pus that rots in the soil,from skeletons that have lost their lives,snatched by weapons,the result of war maniacs who kill love,the red flowers bloom beautifully,requesting to be adored.Those who live on are remnants of life,full of sufferings,wizened, bent, deformed, maimed and blind,war in retrospect is full of horrors;they remember now,in bitterness,in solitude.Others lost children, husbands and sweethearts,lost their sources of support, their livelihood,they live in starvation,thousands widowed,thousands disappointed,thousands tormented;millions of orphans live on, and beg.The war maniacs have killed all love!war raged and found profit in colonial lands!war raged and killed babies in their cradles!war raged, and destroyed cultural valuesPoppies are the flowers of fallen soldiers,flowers drenched red with blood,full of horrors.We hate war,full of killing!we cry for a never-ending peace!Usman Awang1955FOR THE FALLEN - Laurence Binyon (1869 - 1943)They shall grow not old, as we that are left grow old: Age shall not weary them, nor the years condemn. At the going down of the sun and in the morning We will remember them. Fourth stanza of 'For the Fallen' by Laurence Binyon (1869 - 1943)(terjemahan TT)Mereka tidak menjadi tua, hanya kitan yang akan tuaUmur tidak akan menghakis mereka, juga tidak akan dimakan tahunBila matahari mula berlabuh dan esok paginyaKita akan terus mengingati mereka

Dicatat oleh Tukar Tiub pada 3:00:00 PM

No comments: